Assalaamu`alaikum Warah Matullahi Wabarakaatuh

Sabtu, 30 April 2011

Potret Singkat Kepemimpinan Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali


Potret Singkat
Kepemimpinan Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali*[1]
Oleh: Fathur Rijal Al-Lepaki*
Islam pada awal kedatangannya dikenal asing oleh peradaban manusia, khususnya di bumi Arab Makkah dan Dunia Arab umumnya, tentu keasingannya disebabkan karena pada masa kepatrahan (kekosongan Nabi) sejak wapatnya Nabi Isa as. Sebagian masyarakat Arab dan Belahan bumi lainnya tidak memiliki tokoh spiritual tempat mencari tahu tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan persoalan agama, bahkan permasalahan sosial lainnya.
Namun pasca kelahiran Muhammad Saw, Islam telah menjadi imperium baru di dunia arab dan dunia umumnya. Penyebaran islam ke luar jazirah arab (mekah-madinah) dimulai pada masa kekahlifahan sahabat-sahabatnya.
v  Khalifah: Abu Bakar R.a.
Kepemimpinan abu Bakar di mulai pada tahun 632-634 M, tepatnya pada tanggal 8 juni 632 M. melalui pemilihan yang melibatkan para pemimpin islam yang pada saat itu berkumpul di Madinah. Di saat-saat hari berkabungnya Umat Islam tersebutlah Abu Bakar di nobatkan sebagai Khalifah pertama umat Islam pasca Nabi Muhammad Saw.[2] beliau adalah penyebar Islam mulai dari oxus hingga syrtis kecil di Aprika Utara, pada masa abu bakar inilah Islam mulai menjadi kekuatan besar yang diperhitungkan dunia.
Abu Bakar dikenal sebagai penjaga dan penakluk Semenanjung Arab, ia juga mdikenal menajlani kehidupan dengan kesederhanaan patriarkhis. Pada masa enam bulan pemerintahannya, ia melakukan perjalanan bolak balik dari tempat tinggalnya yang sederhana bersama istrinya Habibah ke kota Madinah.
Beliau juga tidak pernah menerima gaji sedikitpun karena pada saat itu Negara madinah belum memiliki pemasukan apa pun. Semua urusan Negara ia lakukan di serambi masjid Nabi. Ia memiliki kualitas pribadi yang kokoh terhadap kenabian Muhammad Saw, yang sekaligus sebagai menantunya. Abu bakar tiga tahun lebih tua dari Muahmmad Saw. Karena kualitas pribadinya tersebut menjadikan ia sebagai figur paling menarik dan membuat dirinya kondang dipanggil Al-shiddiq (yang terpercaya).
Secara fisik Abu Bakar digambarkan berkulit cerah, berperawakan sedang        dan berwajah mungil, ia menyemir janggutnya dan berjalan membungkuk.
v  Khalifah Umar Bin Khatab

Sebelum memeluk Islam umar adalah salah satu orang yang paling anti terhadap Islam, ia Bergaya preman dan melibas orang islam yang dia jumpai. Sikap bergaya premannya hilang setelah memluk Islam ia menjadi lemah lembut kepada semua orang kecuali kepada musuh-musuh Islam.

Ia memulai masa kepemiminannya dalam Islam pada tahun (634-644). Salah satu trobosan yang diwariskan oleh Umar adalah menetapkan pristiwa hijrah sebagai awal kalender Islam dan sampai sekarang kaum muslim memakainya. Selain itu ia juga pelopor penyebaran Islam di sebagian besar wilayah dunia, ia juga membentuk system administrasi Negara dan mendirikan pemerintahan yang tertata dan disegani.

Beliau wafat dengan sangat tragis sekali, ditikam saat menjadi imam shalat jamaah oleh salah seorang budak Kristen Persia. Di saat menjelang wafatnya tersebut umar membentuk sebuah dewan formatur yang beranggotakan enam orang: Ali, Ustman, Zubayr Ibnu Al-Awwam, Thalhah Ibnu Abdullah, Sa`id Ibn Abi waqqash, dan Abd Al-Rahman Ibn Awf. Dengan ketentuan anaknya tidak boleh dipilih sebagai penggantinya. Model pembetnukan tim formatur untuk penggantian kepemimpinan pasca Umar ini disebut dengan Al-Syuraa` (permusyawaratn) meliputi tokoh sahabt tertua dan terkemuka.  Dengan adanya dewan formatur yang dibentuk oleh Umar tersebut memperlihatkan bahwa gagasan Arab kuno tentang kepala suku telah mengalahkan gagasan tentang pewarisan kekuasaan secara turun temurun. Akhirnya dewan formatur tersebut memilih Utsman Ibn Affaan[3].

v  Khalifah Utsman Ra.[4]
Senioritas Ustman dikalangan para sahabat Nabi Muhammad Pasca Abu Bakar dan Umar, menjadikannya mulus menuju kursi kepemimpinan umat Islam, dan merupakan sebagai penentu keterpilihannya menjadi khalifah pada tahun 644 M. Ia berhasil mengungguli Ali.
Ustman memiliki jasa yang sangat menumental bagi umat islam dunia dan masih di rasakan mamfaatnya samapi sekarang, yakni berupa Mushap Al-qur`an yang berhasil membukukan ayat-ayat al-Quran yang pada saat itu masih  berserakan di beberapa tempat.
Pada masa kepemimpinannya juga, penyebaran islam meluas ke daerah Iran, Azerbaizan dan sebagian Armenia.
Utsman sebagaimana dengan sahabat yang lainnya, merupakan sosok sahabat yang sholeh dan bijak serta dermawan. Kelemahaan Utsman adalah kurang teliti dan tidak begitu tegas, karena banyak keluarga dekatnya yang dia angkat sebagai pejabat.  
Salah satu contoh adalah suadara Angkatnya yang bernama Abdullah dia Angkat sebagai Gubernur Mesir, saudara tirinya yang bernama Walid Ibn Uqbah diangkat sebagai Gubernur di Kufah. Serta berbagai jabatan penting diisi oleh keturunan Umayyah yang menjadi keluarga dekat utsman.
Fenomena tersebut, menyebabkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat umum. System administrasinya seperti system keluarga besar. Gelombang protespun bermunculan dari beberapa tokoh dari suku qurays yang dulu ikut menjadi dewan formatur pembentukan khalifah. Yakni Ali, Thalhah dan Zubayr. Pendukung ali yang ada di Kufah dan Mesir melakukan protes besar-besaran, protes besar-besaran dari masyarakat kufah dan mesir waktu itu menjadikan kepemimpinan Utsman bernasib tragis, dimana rumah utsman yang ada di Madinah dikepung dan Utsman pun di pukul di dalam rumahnya sampai wafat.
Pengepungan rumah Utsman yang berakibat terhadap pembunuhan terhadap dirinya, menjadi babak sejarah baru bahwa khalifah Utsman Ibn Affan menjadi orang pertama dibunuh oleh orang islam sendiri, tepatnya pada tanggal 17 Juni 659 M. Ustman terbunuh, maka tokoh-tokoh Islam mulai lirak-lirik siapa yang akan menjadi khalifah selanjutnya. Antara Ali dengan saingan dekatnya, Thalhah dan Zubayr serta dengan keturunan Umayyah yakni Muawiyah.
v  Khalifah Ali Ibn Abu Thalib Ra.[5]

Pasca satu minggu wafatnya Utsman Ra, Ali pun dilantik menjadi khalifah umat Islam yang keempat pada tanggal 24 juni 656. Ali dilantik di Masjid Nabawi Madinah. Dari jalur inilah Nabi Muhammad Saw memiliki keturunan, karena anak nabi Muhammad saw Sayyidah Fatimah dipersunting oleh Ali sehingga melahir Hasan dan Husain.  
Kepemimpinan Ali tidak semulus para pendahulunya (Abu Bakar, Umar, Utsman), persoalan utama yang dihadapi oleh Ali adalah menhadapi dua saingannya yakni Thalhah dan Zubayr yang mewakili kelompok Makkah, Thalhah dan Zubay memiliki pengikut yang besar di Hijaz dan Irak yang tidak mau mengikuti kekhalifahan Ali. Selain itu Aisyah ummul Mukminin juga menentang Ali.
Akibat dari perseteruan ini, tepatnya pada tanggal 9 Desember 656 Ali berperang di luar Basrah melawan pasukan Unta yang dipimpin oleh Aisyah dan Zubayr serta Thalhah.
Ali pun memenangkan perang tersebut, Thalhah dan Zubayr berhasil dibunuh oleh pasukan Ali. Kemudian mereka menguburkan jasad keduanya dengan cara yang terhormat.
Pondasi pemerintahan yang di pimpin Ali sangatlah lemah, kalau boleh dibilang telah keropos dan oleng diterpa berbagai ketidak percayaannya sebagian tokoh-tokoh sentral umat islam terhadap dirinya.
Setelah berhasil mengalahkan pasukan Unta, Alipun berbenah dan mengambil keputusan yang sangat berani, yakni memindahkan ibu kota Negara dari Madinah ke Kufah. Demi mengamankan pemerintahannya Ali, dengan tegas memberhentikan semua pejabat setrategis yang pernah diangkat pendahulunya Utsman. Salah satu yang tidak dipesat oleh ali adalah Muawiyah (keluarga dekat Utsman) yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Suriah.
Muawiyah menuntut Ali untuk menemukan dan menghukum pembunuh Utsman, namun tuntutan tersebut tidak mendapat respon serius dari pihak Ali. Akhirnya Muawiyah pun bangkit dan melawan Ali. Ada dua tuntutan Muawiyah kepada Ali, yakni Menyerahkan pembunuh Utsman atau Ali mau menjadi orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan Utsman. ‘’ kalau seperti itu berarti Ali harus siap diturunkan dari jabatan khalifah’’.
Muawiyah sangat cerdas memanfaatkan suasana seperti itu, di masjid Damaskus Muawiyah memperlihatkan bekas baju yang terkena bercak darah Utsman dan jari tangan istri Utsman (na`ilah) yang putus demi melindungi suaminya.
Dengan adanya permusuhan antara Ali dan Muawiyah, Madinah sebagai awal ibu kota Negara Islam, tidak terjamah lagi untuk saat itu sudah bukan menjadi pusat gravitasi kekuasaan dan peradaban.

Ali dan Muawiyah pun berperang selama beberapa minggu(Perang Shiffin) berakhir sampai tanggal 28 juli 657, yang hampir dimenangkan pihak Ali, namun pihak Muawiyah lebih cerdik dalam mengatur setrategi, akhirnya melalui proses Arbitrase. Dari arbitrase inilah Ali kalah, utusan Ali yang bernama Abu Musa al-Asy`ary membacakan keputsan Arbitrase yakni memecat Ali sebagai khalifah, baru setelah itu utusan Miawiyah yang diwakilkan oleh Amr Ibn Al-Ash dengan setrateginya mengatakan bahwa secara resmi hasil arbitrase ini memcat Ali dan mengangkat Muawiyah. Arbitrase ini terjadi pada tahun 659 M.
Pada tahun tersebut, simpati Ali dari para pengikutnya mulai melemah, sehingga banyak yang memilih menjadi sempalan atau pembelot (Khawarij) dibawah pimpinan Abdullah Ibn wahb al-Rasibi, yang pada awalnya menolak arbitrase. Mereka berpendapat bahwa laa hukma illa lillaah(Hukum adalah milik Allah).
Salah seorang dari kelompok sempalan (khawarij) inilah yang membunuh Ali, disaat Ali sedang dalam perjalanan menuju masjid Kufah.  Tepatnya pada tanggal 24 januari 661 M. kepalanya dihantam pedang beracun di dahinya. Oleh Adb Al-Rahman Ibn Muljam.
Nyaris selama kepemimpinan Ali tidak ada prestasi membanggakan bagi penyebaran islam, masa pemerintahan Ali lebih banyak fokus pada pembenahan di dalam pemerintahan, yang banyak mengalami goncangan dan rintangan.
Akhirnya semoga semua khulafaa al-rasyidiin yang pernah melanjutkan estapet kepemimpinan Islam diterima di sisi Allah Swt.   


[1] Direview dari Buku History Of The Arabs (terjemahan). Philip K. Hitti diterbitkan oleh Serambi. 2008.hal 217-218
*Dosen Non PNS SPI STAI Nurul Hakim Kediri Lombok Barat
[2] Ibid Philip K.H hal 222.
[3]Ibid. Philip K.H hal 222
[4] Ibid. Philip K.H hal 220.
[5][5] Ibid. Philip K.H. hal 224-225

Rabu, 27 April 2011

Sejarah Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad Saw



Sejarah Arab Masa Nabi Muhammad SAW
MASA NABI
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendapat berbagai macam perintah dalam firman Allah,
ﻳﺂ ﻳﻬﺎ ﺍﻟﻣﺩ ﺛﺭ ﴿۱﴾ ﻗﻡ ﻓﺄ ﻧﺫﺭ ﴿۲﴾ ﻭﺭﺑﻙ ﻓﻛﺑﺭ ﴿٣﴾ ﻭﺛﻳﺎ ﺑﻙ ﻓﻁﻬﺭ ﴿٤﴾ ﻭﺍﻟﺭ ﺟﺯ ﻓﺎﻫﺟﺭ﴿۵
ﻭﻻ ﺗﻣﻧﻥ ﺗﺳﺗﻛﺛﺭ ﴿٦﴾ ﻭﻟﺭﺑﻙ ﻓﺎ ﺻﺑﺭ ﴿۷
Artinya :
“ hai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan, dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah “( Al-Muddatstsiar : 1 - 7 ).
Sepintas lalu ini merupakan perintah-perintah yang sederhana dan remeh. Namun pada hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh, berpengaruh sangat kuat dan nyata. Ayat-ayat ini sendiri mengandung materi-materi dakwah dan tabligh. Dan semua ayat ini menuntut tauhid yang jelas dari manusia, penyerahan urusan kepada Allah, meninggalkan kesenangan diri sendiri dan keridhaan manusia, untuk dipasrahkan kepada keridhaan Allah.
Sungguh ini merupakan perkataan yang besar dan menakutkan, yang membuat beliau melompat dari tempat tidurnya yang nyaman dirumah yang penuh kedamaian, lalu siap terjun ke kancah diantara arus dan gelombang kehidupan.
Setelah beliau bangkit dari tempat tidurnya itu, dimulailah beban yang besar yang harus dilaksanakan beliau. Mulai saat itu, hingga ia wafat, ia tidak pernah istirahat dan diam. Tidak hidup untuk diri sendiri dan keluarga beliau. Beliau bangkit dan senantiasa bangkit untuk berdakwah kepada Allah, memanggul beban yang berat diatas pundaknya, tidak mengeluh dalam melaksanakan beban amanat yang besar di muka bumi ini, memikul beban kehidupan semua manusia, beban akidah, perjuangan dan jihad di berbagai medan.
Kita bisa membagi masa dakwah Rasulullah SAW menjadi dua periode, yang satu berbeda secara total dengan yang lainnya, yaitu :
  1. Periode atau fase Mekkah, berjalan kira-kira selama tiga belas tahun.
  2. Periode atau fase Madinah, berjalan selama sepuluh tahun penuh.
A. FASE MEKKAH
Setiap periode memiliki tahapan-tahapan sendiri, dengan kekhususannya masing-masing. Yang satu berbeda dengan yang lain. Hal ini tampak jelas setelah meneliti berbagai unsur yang menyertai dakwah itu selama dua periode secara mendetail.
Periode Mekkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan dakwah, yaitu :
  1. Tahapan Dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun.
  2. Tahapan Dakwah secara terang-terangan ditengah penduduk Mekkah, yang dimulai sejak tahun keempat dari nubuwah hingga akhir tahun kesepuluh.
  3. Tahapan Dakwah diluar Mekkah dan penyebarannya, yang dimulai dari tahun kesepuluh dari nubuwah hingga hijrah ke Madinah.
1. Tahap pertama
Tiga tahun Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Mekkah merupakan sentral agama bangsa Arab. Disana ada peribadatan terhadap Ka’bah dan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh bangsa Arab. Cita-cita untuk memperbaiki keadan mereka tentu bertambah sulit dan berat jika orang yang hendak mengadakan perbaikan jauh dari lingkungan mereka. Hal ini membutuhkan kemauan yang keras yang tidak bisa diguncang musibah dan kesulitan. Maka dalam menghadapi kondisi ini, tindakan yang paling bijaksana adalah memulai dakwah dengan sembunyi-sembunyi, agar penduduk Mekkah tidak kaget karena tiba-tiba menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka.
Pada awal mulanya Rasulullah SAW menampakkan islam kepada orang yang paling dekat dengan beliau. Anggota keluarga dan sahabat-sahabat karib beliau. Beliau menyeru mereka ini kepada islam, juga menyeru kepada siapa pun yang dirasa memiliki kebaikan yang sudah beliau kenal secara baik dan mereka pun mengenal beliau secara baik. Dalam tarikh islam, mereka disebut As-Sabiqunal Awwalun ( yang terdahulu dan yang pertama masuk islam).
Mereka adalah istri beliau, Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid, pembantu beliau, Zaid bin Haritsah, anak paman beliau, Ali bin Abu Thalib, yang saat itu Ali masih anak-anak dan hidup dalam asuhan beliau, dan sahabat karib beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Abu Bakar yang dikenal kaumnya sebagai seorang laki-laki yang lemah lembut, pengasih dan ramah, dan memiliki akhlak yang mulia bersemangat membantu Rasul mendakwahkan islam. Berkat seruannya, ada beberapa orang yang masuk islam, yaitu :
- Utsman bin Affan
- Az-Zubair bin Al-Awwan
- Abdurrahman bin Auf
- Sa’d bin Abi Waqqash
- Thalhah bin Ubaidillah
Mereka ini juga termasuk orang-orang yang lebih dahulu masuk islam, kawanan pertama dan fajar islam. Ada juga kawanan lainnya yang termasuk orang-orang yang pertama masuk islam, yaitu :
- Bilal bin Rabbah - Abu Salamah bin Abdul Asad
- Amir bin Al-Jarrah - Al- Arqam bin Abil Arqam
- Fathimah bin Al-khattab - Khabbab bin Al-Arrat
- Dan banyak lagi lainnya
Setelah melihat beberapa kejadian disana-sini, ternyata dakwah islam sudah didengar orang-orang Quraisy pada tahapan ini, sekalipun dakwah itu masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Namun merekan tidak ambil peduli.
Selama tiga tahun dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Selama jangka waktu ini telah terbentuk sekelompok orang-orang mukmin yang senantiasa menguatkan hubungan persaudaraan dan saling bahu-membahu. Penyampaian dakwah terus dilakukan, hingga turun wahyu yang mengharuskan Rasulullah SAW menampakkan dakwah kepada kaumnya. Menjelaskan kebatilan mereka dan menyerang berhala-berhalasesembahan mereka.
2. Tahap Kedua
Dakwah secara Terang-Terangan
Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah ialah dengan mengundang kerabat dekat. Beliau mengundang Bani Hasyim dan beberapa orang Bani Al-Muthalib bin Al-Manaf. Beliau menyeru kepada kaumnya kepada Allah dan berserah diri kepada RabbNya. Namun dari sekian banyak yang datang, semua menentang Rasulullah, hanya Abu Thaliblah yang mendukung dan memerintahkan melanjutkan perjuangan Rasul, tetapi Abu Thalib tidak punya pilihan lain untuk meninggalkan agama Bani Abdul Al-Muthalib.
Setelah Nabi SAW merasa yakin terhadap dukungan dan janji Abu Thalib untuk melindunginya dalam menyampaikan wahyu Allah, maka suatu hari beliau berdiri diatas Shafa, lalu berseru :
“ Wahai semua orang!” maka semua orang berkupul memenuhi seruan beliau, lalu beliau mengajak mereka kepada tauhid dan iman kepada risalah beliau serta iman kepada hari akhirat.”
Dari yang hadir disitu, Abu Lahab angkat bicara “ Celakalah engkau untuk selama-lamanya, untuk inikah engkau mengumpulkan kami.”
Lalu turun ayat “ Celakalah kedua tangan Abu Lahab”
Seruan beliau semakin menggema seantero Mekkah, hingga kemudian turn ayat,
“ Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
Maka Rasulullah langsung bangkit menyerang berbagai khurafat dan kebohongan syirik. Menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki nilai.
Mekkah berpijar dengan api kemarahan, bergolak dengan keanehan dan pengingkaran, tatkala mereka mendengar suar yang memperlihatkan kesesatan orang-orang musyrik dan para penyembah berhala. Suara itu seakan akan petir yang membelah awan, berkilau, menggelegar dan mengguncang udara yang tadinya tenang. Orang-orang Quraisy bangkit untuk menghadang revolusi yang datang secara tak terduga ini, dan yang dikhawatirkan akan merusak tradisi warisan mereka.
Orang-orang Quraisy bingung, karena sepanjang sejarah nenek moyang mereka dan perjalanan kaumnya, mereka tidak pernah mengetahui bandingan yang seperti itu. Setelah menguras pikiran, tidak ada jalan lain lagi bagi mereka menghadapi orang yang jujur dan dapat dipercayai ini (Muhammad SAW) kecuali mendatangi paman beliau, Abu Thalib. Mereka meminta kepadanya agar menghentikan segala apa pun yang diperbuat anak saudaranya.
Dengan perkataan yang halus dan lemah lembut, Abu thalib menolak permintaan mereka. Maka mereka pun pulang dengan tangan hampa sehingga Rasulullah bisa melanjutkan dakwah, menampakkan agama Allah dan menyeru kepadaNya.
Semenjak penolakan itu, dan orang-orang Quraisy tahu bahwa Muhammad SAW sama sekali tidak menghentikan dakwahnya, maka mereka memeras pikiran dan menyimpulkan untuk membenamkan dakwah ini.
Beberapa cara penghadangan mereka terhadap dakwah Rasulullah SAW, yaitu :
- Dengan ejekan dan penghinaan, olok-olok dan penertawaan. Hal ini mereka maksudkan untuk melecehkan orang-orang muslim dan menggembosi kekuatan mental mereka.
- Menjelek-jelekkan ajaran beliau, membangkitkan keragu-raguan, menyebarkan anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran-ajaran beliau dan diri beliau.
- Melawan Al-Qur’an dengan dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu, agar mereka meninggalkan Al-Qur’an.
- Menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka berusaha untuk mempertemukan islam dan jahiliyah ditengah jalan.
- Berbagai macam tekanan dan penyiksaan terhadap pengikut-pengikut Rasulullah SAW.
- Pemboikotan secara menyeluruh terhadap pengikut Muhammad SAW.
Dari hari ke hari penyiksaan dan tekanan yang dilancarkan orang-orang Quraisy semakin menjadi-jadi. Hingga Rasulullah menyuruh kaumnya untuk hijrah dan berdakwah keluar Mekkah.
3. Tahap Ketiga
Dakwah diluar Mekkah
Karena keadaan semakin mendesak, tekanan disana sini terhadap pengikutnya, Rasulullah memerintahkan agar kaumnya hijrah dan mendakwahkan islam ke Habasyah. Rasulullah tahu bahwa raja yang berkuasa adalah seorang raja yang yang adil, tak bakal ada seorang pun yang teraniaya disisinya.
Pada bulan Rajab tahun kelima dari nubuwah, sekelompok sahabat hijrah yang pertama kali ke Habasyah, terdiri dari dua belas orang laki-laki dan empat orang wanita, yang dipimpin Utsman bin Affan.
Karena siksaan dan penindasan yang ditimpakan orang-orang Quraisy semakin menjadi-jadi, Nabi SAW tidak melihat cara lain kecuali memerintahkan mereka untuk hijrah untuk kedua kalinya. Kali ini hijrah berjumlah delapan puluh tiga orang laki-laki dan delapan belas wanita. Sementara itu, Rasulullah SAW tetap berada di Mekkah untuk terus mendakwahkan Agama Allah buat penduduk Mekkah.
Banyak kejadian yang terjadi setelah Rasulullah menetapkan perintah kepada pengikutnya untuk hijrah ke Habasyah. Dari keislamannya Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib, yang membuat islam semakin kuat, hingga keadaan duka hati Rasulullah atas meninggalnya paman beliau Abu Thalib dan Istri beliau Khadijah binti Khuwailid.
Pada tahun kesepuluh dari nubuwah, Rasulullah SAW pergi ke Thaif, beliau pergi dengan berjalan kaki. Dengan didampingi pembantunya Zaid bin Haritsah, beliau mengajak penduduk setiap kabilah yang ia lalui kepada islam. Namun tak satu pun yang memenuhinya.
Sesampainya di Thaif, beliau menyeru agama Allah kepada pemimpin Bani Tsaqif. Namun semua menolaknya dan mencaci maki beliau sambil melempari batu kearah beliau. Pembantu Nabi SAW, Zaid senantiasa melindungi beliau.
Saat musim haji tiba, beliau kembali ke Mekkah dan berdakwah kepada orang-orang yang melaksanakan haji dari segala penduduk diluar Mekkah. Agama Allah mereka bawa ke negerinya. Hingga tersebar luaslah islam di jazirah Arab. Diantaranya yaitu :
- Suwaid bin Shamit, Dia adalah seorang penyair yang cerdas dari penduduk Yatsrib yang juga di juluki Al-Kamil oleh kaumnya.
- Iyas bin Mu’adz, Dia seorang pemuda belia dari Yatsrib.
- Abu Dzarr Al-Ghifary, Dia termasuk penduduk pinggiran Yatsrib.
- Thufail bin Amr Ad-Dausy, Dia seorang Penyair cerdas dan pemimpin Kabilah Daus
- Dhimad Al-Azdy, Dia berasal dari Azd Syanu’ah dari Yaman.
Dalam beberapa waktu, sampailah islam ke penjuru jazirah Arab, hingga ke Madinah, islam di Madinah disambut baik oleh penduduk. Dakwah berhasil di bumi Yatsrib ini. Semua ketentuan Allah membuat islam semakin bercahaya dan bersinar.
B. FASE MADINAH
Setelah Islam berhasil dan diterima penduduk Madinah melalui peristiwa Baiat aqabah pertama dan kedua. Islam mulai memancangkan tonggak negara ditengah padang pasir yang bergelombang kekufuran dan kebodohan. Ini merupakan hasil paling besar yang diperoleh islam semenjak dakwah dimulai.
Rasulullah memerintahkan seluruh pengikutnya Hijrah ke Madinah, tak tersisa seorang mukmin pun berada di Mekkah kecuali Rasulullah SAW, Abu Bakar, Ali bin Abu Thalib, dan beberapa orang yang memang diperintahkan untuk tetap di Mekkah sampai ada perintah dari Allah SWT.
Pada suatu ketika Jibril turun kepada beliau membawa wahyu dari Allah, seraya mengabarkan persekongkolan Quraisy yang hendak membunuh Rasulullah dan bahwa Allah telah mengizinkan beliau untuk pergi serta menetapkan waktu hijrah.
Singkat cerita, setelah beliau dan rombongan memasuki Madinah, beliau disambut penduduk Madinah dengan gembira dari kalangan Anshar. Sangkin gembiranya kalangan Anshar, mereka berharap agar Rasulullah singgah dirumah-rumah mereka.
1. Sistem Sosial Kemasyarakatan, Politik, Ekonomi Dan Sumber Keuangan Negara
a. Rasulullah membangun masyarakat baru
Langkah pertama yang dilakukan Rsulullah SAW adalah membangun mesjid. Beliau terjun langsung dalam pembangunan mesjid itu, memindahkan bata dan bebatuan, seraya berkata : “ Ya Allah, tidak ada kehidupan yang lebih baik kecuali kehidupan akhirat. Maka ampunilah orang-orang Anshar dan Muhajirin.”
Beliau juga membangun beberapa rumah disisi mesjid, dindingnya dari susunan batu dan bata, atapnya dari daun korma yang disangga beberapa batang pohon. Itu adalah bilik-bilik untuk istri-istri beliau. Setelah semuanya beres, maka beliau pindah dari rumah Abu Ayyub kerumah itu.
Mesjid itu bukan hanya merupakan tempat sholat semata, tapi juga merupakan sekolahan bagi orang-orang Muslim untuk menerima pengajaran islam dan bimbingan-bimbingannya, sebagai balai pertemuan dan tempat untuk mempersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa jahiliyah.
Disamping semua itu, mesjid tersebut juga berfungsi sebagai tempat tinggal orang-orang Muhajirin yang miskin, yang datang ke Madinah tanpa memiliki harta, tidak punya kerabat dan masih bujangan atau belum berkeluarga.
Disamping membangun mesjid sebagai tempat untuk mempersatukan umat manusia, Rasulullah SAW juga mengambil tindakan yang sangat monumental dalam sejarah, yaitu usaha mempersatukan antara orang-orang Muhajirin dan Anshar.
Beliau mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan Anshar agar saling tolong menolong, saling mewarisi harta jika ada yang meninggal dunia disamping kerabatnya. Maka persaudaraan ini, membuat fanatisme jahiliyah menjadi cair dan tidak ada sesuatu yang dibela kecuali islam. Disamping itu agar perbedaan-perbedaan keturunan, warna kulit dan daerah tidak mendominasi, agar seseorang tidak merasa lebih unggul dan merasa lebih rendah kecuali karena ketakwaan.
Rasulullah menjadikan persaudaraan ini sebagai suatu ikatan yang harus benar-benar dilaksanakan. Bukan sekedar isapan jempol dan omong kosong semata. Melainkan harus merupakan tindakan nyata yang mempertautkan darah dan harta. Saling mengasihi dan memberikan pertolongan dalam persaudaraaan ini.
Rasulullah mempersaudarakan mereka dengan ketentuan ketentuan agama islam atas keridhaan Allah SWT. Dengan hikmah kepintarannya ini, rasulullah telah berhasil memancangkan sendi-sendi masyarakat yang baru. Beliau juga menganjurkan agar mereka menshadaqahkan hartanya, dan juga menganjurkan mereka agar menahan diri dan tidak suka meminta-minta, kecuali terpaksa, dan menyeru agar senantiasa sabar dan merasa puas.
Begitulah cara beliau mengangkat moral dan spirit mereka, membekali mereka dengan nilai-nilai yang tinggi. Sehingga mereka tampil sebagai sosok yang ideal dan manusia yang sempurna. Dengan cara ini Nabi SAW mampu membangun sebuah masyarakat yang baru di Madinah. Suatu masyarakat yang mulia lagi mengagumkan yang dikenal sejarah.
b. Perjanjian dengan pihak yahudi
Setelah islam sudah terpancang dibumi Madinah, dan islam juga sudah kokoh di negeri itu, maka Rasulullah mengatur hubungan dengan selain golongan muslim. Perhatian beliau saat itu terpusat untuk menciptakan keamanan, kebahagian dan kebaikan bagi semua manusia. Untuk itu beliau menerapkan undang-undang yang luwes dan penuh tenggang rasa, yang tidak pernah terbayangkan dalam kehidupan dunia yang selalu dibayangi fanatisme.
Tetangga yang paling dekat dengan orang muslim di Madinah adalah orang-orang Yahudi. Sekalipun memendam kebencian dan permusuhan terhadap orang-orang Muslim, namun mereka tidak berani menampakkannya. Rasulullah menawarkan perjanjian kepada mereka, yang intinya memberikan kebebasan menjalankan agama dan memutar kekayaan, dan tidak boleh saling menyerang atau memusuhi.
Ada dua belas butir isi perjanjian itu, Diantaranya adalah :
  1. Orang-orang Yahudi adalah satu umat dengan orang-orang Mukmin. Bagi orang Yahudi agama mereka dan bagi orang Mukmin agama mereka.
  2. Orang-orang Yahudi dan Mukmin masing –masing harus menafkahkan kehidupan mereka.
  3. Mereka harus saling bahu-membahu dalam menghadapi musuh yang hendak membatalkan perjanjian ini.
  4. Mereka harus saling menasehati, berbuat baik dan tidak boleh berbuat jahat.
  5. Perjanjian ini tidak boleh dilanggar kecuali memang dia orang yang zhalim dan jahat.
Dengan disahkannya perjanjian ini, maka Madinah dan sekitarnya seakan-akan merupakan satu negara yang makmur. Ibukota Madinah dan Presidennya, jika boleh disebut begitu, adalah Rasulullah SAW. Pelaksan pemerintahan dan penguasa mayoritas adalah orang-orang Muslim. Sehingga dengan begitu Madinah benar-benar menjadi ibukota bagi Islam.
c. Harta rampasan perang
Pada saat kafilah dagang kaum Musyrik Mekkah mengadakan perjalanan dagang dari Syam ke Mekkah. Hal ini diketahui orang-orang muslim. Ini merupakan kesempatan emas bagi pasukan Madinah untuk melancarkan pukulan yang telak terhadap orang-orang Musyrik. Pukulan dalam bidang politik, ekonomi dan militer.
Kafilah dagang itu sendiri membawa harta kekayaan penduduk Mekkah, yang jumlahnya sangat melimpah, yaitu sebanyak 1000 ekaor onta, yang membawa harta benda milik mereka, yang nilainya tidak kurang dari 5000 dinar emas. Sementara yang mengawalnya tidak lebih dari empat puluh orang.
Harta rampasan perang ini didapat pada saat terjadinya perang Badar yang tak terhindarkan lagi pada saat orang nuslim Madinah hendak merampas harta kafilah dagang ini. Disini kita tak menyinggung bagaimana bisa terjadinya perang Badar, karena akan kita bahas pada topic yang lain.
Harta rampasan inilah modal kekayaan orang-orang muslim di Madinah. Harta rampasan ini dibagi-bagikan kepada penduduk Madinah. Dan pada saat ini pula turun ayat yang mewajibkan puasa dan membayar zakat. Sehingga orang-orang muslim yang miskin di Madinah dapat terbantu karena syari’ah yang ditetapkan Allah.