Assalaamu`alaikum Warah Matullahi Wabarakaatuh

Sabtu, 30 April 2011

Potret Singkat Kepemimpinan Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali


Potret Singkat
Kepemimpinan Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali*[1]
Oleh: Fathur Rijal Al-Lepaki*
Islam pada awal kedatangannya dikenal asing oleh peradaban manusia, khususnya di bumi Arab Makkah dan Dunia Arab umumnya, tentu keasingannya disebabkan karena pada masa kepatrahan (kekosongan Nabi) sejak wapatnya Nabi Isa as. Sebagian masyarakat Arab dan Belahan bumi lainnya tidak memiliki tokoh spiritual tempat mencari tahu tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan persoalan agama, bahkan permasalahan sosial lainnya.
Namun pasca kelahiran Muhammad Saw, Islam telah menjadi imperium baru di dunia arab dan dunia umumnya. Penyebaran islam ke luar jazirah arab (mekah-madinah) dimulai pada masa kekahlifahan sahabat-sahabatnya.
v  Khalifah: Abu Bakar R.a.
Kepemimpinan abu Bakar di mulai pada tahun 632-634 M, tepatnya pada tanggal 8 juni 632 M. melalui pemilihan yang melibatkan para pemimpin islam yang pada saat itu berkumpul di Madinah. Di saat-saat hari berkabungnya Umat Islam tersebutlah Abu Bakar di nobatkan sebagai Khalifah pertama umat Islam pasca Nabi Muhammad Saw.[2] beliau adalah penyebar Islam mulai dari oxus hingga syrtis kecil di Aprika Utara, pada masa abu bakar inilah Islam mulai menjadi kekuatan besar yang diperhitungkan dunia.
Abu Bakar dikenal sebagai penjaga dan penakluk Semenanjung Arab, ia juga mdikenal menajlani kehidupan dengan kesederhanaan patriarkhis. Pada masa enam bulan pemerintahannya, ia melakukan perjalanan bolak balik dari tempat tinggalnya yang sederhana bersama istrinya Habibah ke kota Madinah.
Beliau juga tidak pernah menerima gaji sedikitpun karena pada saat itu Negara madinah belum memiliki pemasukan apa pun. Semua urusan Negara ia lakukan di serambi masjid Nabi. Ia memiliki kualitas pribadi yang kokoh terhadap kenabian Muhammad Saw, yang sekaligus sebagai menantunya. Abu bakar tiga tahun lebih tua dari Muahmmad Saw. Karena kualitas pribadinya tersebut menjadikan ia sebagai figur paling menarik dan membuat dirinya kondang dipanggil Al-shiddiq (yang terpercaya).
Secara fisik Abu Bakar digambarkan berkulit cerah, berperawakan sedang        dan berwajah mungil, ia menyemir janggutnya dan berjalan membungkuk.
v  Khalifah Umar Bin Khatab

Sebelum memeluk Islam umar adalah salah satu orang yang paling anti terhadap Islam, ia Bergaya preman dan melibas orang islam yang dia jumpai. Sikap bergaya premannya hilang setelah memluk Islam ia menjadi lemah lembut kepada semua orang kecuali kepada musuh-musuh Islam.

Ia memulai masa kepemiminannya dalam Islam pada tahun (634-644). Salah satu trobosan yang diwariskan oleh Umar adalah menetapkan pristiwa hijrah sebagai awal kalender Islam dan sampai sekarang kaum muslim memakainya. Selain itu ia juga pelopor penyebaran Islam di sebagian besar wilayah dunia, ia juga membentuk system administrasi Negara dan mendirikan pemerintahan yang tertata dan disegani.

Beliau wafat dengan sangat tragis sekali, ditikam saat menjadi imam shalat jamaah oleh salah seorang budak Kristen Persia. Di saat menjelang wafatnya tersebut umar membentuk sebuah dewan formatur yang beranggotakan enam orang: Ali, Ustman, Zubayr Ibnu Al-Awwam, Thalhah Ibnu Abdullah, Sa`id Ibn Abi waqqash, dan Abd Al-Rahman Ibn Awf. Dengan ketentuan anaknya tidak boleh dipilih sebagai penggantinya. Model pembetnukan tim formatur untuk penggantian kepemimpinan pasca Umar ini disebut dengan Al-Syuraa` (permusyawaratn) meliputi tokoh sahabt tertua dan terkemuka.  Dengan adanya dewan formatur yang dibentuk oleh Umar tersebut memperlihatkan bahwa gagasan Arab kuno tentang kepala suku telah mengalahkan gagasan tentang pewarisan kekuasaan secara turun temurun. Akhirnya dewan formatur tersebut memilih Utsman Ibn Affaan[3].

v  Khalifah Utsman Ra.[4]
Senioritas Ustman dikalangan para sahabat Nabi Muhammad Pasca Abu Bakar dan Umar, menjadikannya mulus menuju kursi kepemimpinan umat Islam, dan merupakan sebagai penentu keterpilihannya menjadi khalifah pada tahun 644 M. Ia berhasil mengungguli Ali.
Ustman memiliki jasa yang sangat menumental bagi umat islam dunia dan masih di rasakan mamfaatnya samapi sekarang, yakni berupa Mushap Al-qur`an yang berhasil membukukan ayat-ayat al-Quran yang pada saat itu masih  berserakan di beberapa tempat.
Pada masa kepemimpinannya juga, penyebaran islam meluas ke daerah Iran, Azerbaizan dan sebagian Armenia.
Utsman sebagaimana dengan sahabat yang lainnya, merupakan sosok sahabat yang sholeh dan bijak serta dermawan. Kelemahaan Utsman adalah kurang teliti dan tidak begitu tegas, karena banyak keluarga dekatnya yang dia angkat sebagai pejabat.  
Salah satu contoh adalah suadara Angkatnya yang bernama Abdullah dia Angkat sebagai Gubernur Mesir, saudara tirinya yang bernama Walid Ibn Uqbah diangkat sebagai Gubernur di Kufah. Serta berbagai jabatan penting diisi oleh keturunan Umayyah yang menjadi keluarga dekat utsman.
Fenomena tersebut, menyebabkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat umum. System administrasinya seperti system keluarga besar. Gelombang protespun bermunculan dari beberapa tokoh dari suku qurays yang dulu ikut menjadi dewan formatur pembentukan khalifah. Yakni Ali, Thalhah dan Zubayr. Pendukung ali yang ada di Kufah dan Mesir melakukan protes besar-besaran, protes besar-besaran dari masyarakat kufah dan mesir waktu itu menjadikan kepemimpinan Utsman bernasib tragis, dimana rumah utsman yang ada di Madinah dikepung dan Utsman pun di pukul di dalam rumahnya sampai wafat.
Pengepungan rumah Utsman yang berakibat terhadap pembunuhan terhadap dirinya, menjadi babak sejarah baru bahwa khalifah Utsman Ibn Affan menjadi orang pertama dibunuh oleh orang islam sendiri, tepatnya pada tanggal 17 Juni 659 M. Ustman terbunuh, maka tokoh-tokoh Islam mulai lirak-lirik siapa yang akan menjadi khalifah selanjutnya. Antara Ali dengan saingan dekatnya, Thalhah dan Zubayr serta dengan keturunan Umayyah yakni Muawiyah.
v  Khalifah Ali Ibn Abu Thalib Ra.[5]

Pasca satu minggu wafatnya Utsman Ra, Ali pun dilantik menjadi khalifah umat Islam yang keempat pada tanggal 24 juni 656. Ali dilantik di Masjid Nabawi Madinah. Dari jalur inilah Nabi Muhammad Saw memiliki keturunan, karena anak nabi Muhammad saw Sayyidah Fatimah dipersunting oleh Ali sehingga melahir Hasan dan Husain.  
Kepemimpinan Ali tidak semulus para pendahulunya (Abu Bakar, Umar, Utsman), persoalan utama yang dihadapi oleh Ali adalah menhadapi dua saingannya yakni Thalhah dan Zubayr yang mewakili kelompok Makkah, Thalhah dan Zubay memiliki pengikut yang besar di Hijaz dan Irak yang tidak mau mengikuti kekhalifahan Ali. Selain itu Aisyah ummul Mukminin juga menentang Ali.
Akibat dari perseteruan ini, tepatnya pada tanggal 9 Desember 656 Ali berperang di luar Basrah melawan pasukan Unta yang dipimpin oleh Aisyah dan Zubayr serta Thalhah.
Ali pun memenangkan perang tersebut, Thalhah dan Zubayr berhasil dibunuh oleh pasukan Ali. Kemudian mereka menguburkan jasad keduanya dengan cara yang terhormat.
Pondasi pemerintahan yang di pimpin Ali sangatlah lemah, kalau boleh dibilang telah keropos dan oleng diterpa berbagai ketidak percayaannya sebagian tokoh-tokoh sentral umat islam terhadap dirinya.
Setelah berhasil mengalahkan pasukan Unta, Alipun berbenah dan mengambil keputusan yang sangat berani, yakni memindahkan ibu kota Negara dari Madinah ke Kufah. Demi mengamankan pemerintahannya Ali, dengan tegas memberhentikan semua pejabat setrategis yang pernah diangkat pendahulunya Utsman. Salah satu yang tidak dipesat oleh ali adalah Muawiyah (keluarga dekat Utsman) yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Suriah.
Muawiyah menuntut Ali untuk menemukan dan menghukum pembunuh Utsman, namun tuntutan tersebut tidak mendapat respon serius dari pihak Ali. Akhirnya Muawiyah pun bangkit dan melawan Ali. Ada dua tuntutan Muawiyah kepada Ali, yakni Menyerahkan pembunuh Utsman atau Ali mau menjadi orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan Utsman. ‘’ kalau seperti itu berarti Ali harus siap diturunkan dari jabatan khalifah’’.
Muawiyah sangat cerdas memanfaatkan suasana seperti itu, di masjid Damaskus Muawiyah memperlihatkan bekas baju yang terkena bercak darah Utsman dan jari tangan istri Utsman (na`ilah) yang putus demi melindungi suaminya.
Dengan adanya permusuhan antara Ali dan Muawiyah, Madinah sebagai awal ibu kota Negara Islam, tidak terjamah lagi untuk saat itu sudah bukan menjadi pusat gravitasi kekuasaan dan peradaban.

Ali dan Muawiyah pun berperang selama beberapa minggu(Perang Shiffin) berakhir sampai tanggal 28 juli 657, yang hampir dimenangkan pihak Ali, namun pihak Muawiyah lebih cerdik dalam mengatur setrategi, akhirnya melalui proses Arbitrase. Dari arbitrase inilah Ali kalah, utusan Ali yang bernama Abu Musa al-Asy`ary membacakan keputsan Arbitrase yakni memecat Ali sebagai khalifah, baru setelah itu utusan Miawiyah yang diwakilkan oleh Amr Ibn Al-Ash dengan setrateginya mengatakan bahwa secara resmi hasil arbitrase ini memcat Ali dan mengangkat Muawiyah. Arbitrase ini terjadi pada tahun 659 M.
Pada tahun tersebut, simpati Ali dari para pengikutnya mulai melemah, sehingga banyak yang memilih menjadi sempalan atau pembelot (Khawarij) dibawah pimpinan Abdullah Ibn wahb al-Rasibi, yang pada awalnya menolak arbitrase. Mereka berpendapat bahwa laa hukma illa lillaah(Hukum adalah milik Allah).
Salah seorang dari kelompok sempalan (khawarij) inilah yang membunuh Ali, disaat Ali sedang dalam perjalanan menuju masjid Kufah.  Tepatnya pada tanggal 24 januari 661 M. kepalanya dihantam pedang beracun di dahinya. Oleh Adb Al-Rahman Ibn Muljam.
Nyaris selama kepemimpinan Ali tidak ada prestasi membanggakan bagi penyebaran islam, masa pemerintahan Ali lebih banyak fokus pada pembenahan di dalam pemerintahan, yang banyak mengalami goncangan dan rintangan.
Akhirnya semoga semua khulafaa al-rasyidiin yang pernah melanjutkan estapet kepemimpinan Islam diterima di sisi Allah Swt.   


[1] Direview dari Buku History Of The Arabs (terjemahan). Philip K. Hitti diterbitkan oleh Serambi. 2008.hal 217-218
*Dosen Non PNS SPI STAI Nurul Hakim Kediri Lombok Barat
[2] Ibid Philip K.H hal 222.
[3]Ibid. Philip K.H hal 222
[4] Ibid. Philip K.H hal 220.
[5][5] Ibid. Philip K.H. hal 224-225