ISRAEL, POTRET MANUSIA MATI RASA
OLEH: FATHUR RIJAL *
Sudah berapa banyak surat al-Fatihah dihadiahkan untuk rakyat palestina dari lidah kaum muslimin dunia, sudah berapa banyak kecaman dari mulut Khotib, Pendeta dan juru dakwah semua agama di masjid, gereja, vihara serta tempat ibadah lainnya, bahkan tidak mau ketinggalan sebagian partai politik yang ada di Indonesia memanfaatkan tragedi Agresi militer Israel untuk memperlihatkan kekuatan partainya di bundaran HI demi mengecam agresi Negara zionis tersebut. Tindakan-tindakan tersebut tidaklah mengherankan, karena sejak 27 Desember 2008 tahun lalu sampai saat ini, agresi Negara zionis itu telah menelan ratusan korban dan ribuan luka-luka, anehnya dari peperangan ini justru perempuan dan anak-anak (warga sipil) yang menjadi korban terbanyak.
Dalam tingkatan lokal, beberapa waktu lalu masyarakat Nusa Tenggara Barat dari berbagai lintas agama bersama gubernur dan jajarannya berkumpul di halaman Gedung Gubernur NTB mengutuk dan menggalang dana untuk membantu rakyat palestina yang menjadi korban atas agresi militer Israel. Tindakan positif dari HM. Zainul Majdi selaku gubernur NTB bersama masyarakat ini murni atas dasar semangat kemanusiaan (ruh al-insaniyah) dan hal itu wajar, karena konflik antara Israel dan palestina ini bukan konflik berlandaskan agama. Mahasiswapun tidak mau ketinggalan, di beberapa perempatan jalan yang ada di Kota Mataram, sebagai agen of change (agen perubahan) mereka tidak mau ketinggalan sembari ikut turun menenteng kotak infaq untuk membantu rakyat palestina. Sadarkah Israel atas semua kecaman dunia ini?
Israel, manusia mati rasa !
Israel secara politis, berdalih bahwa kami bukan membombardir Palestina, tapi kami menumpas terorisme yang dimotori oleh Hamas, statemen ini kemudian mendapatkan sambutan positif dari gedung Putih yang digawangi oleh presiden Bush. Bahkan Bush dengan percaya diri mengatakan kalau mau agresi militer Israel berhenti di Palestina, tindakan terorisme yang dilakukan Hamas harus dihentikan terlebih dahulu.
Mendengar statemen Israel dan Gedung Putih ini sepertinya, Israel dan Bush cocok disebut sebagai manusia yang mati rasa. Mereka mati rasa dari perasaan bersalah, tidak berdosa, atas pelanggaran HAM yang pernah dan sedang mereka lakukan.
Ada beberapa alasan, mengapa penulis menyebut Israel mati rasa? Pertama Israel tidak menghormati dan menghargai hari suci agama. Ditengah-tengah orang merayakan hari suci natal dan menyambut tahun baru Hijrah 1430 H. Sebagai manusia normal, semestinya Israel ikut menjaga khusyukan agama lain dalam menjalankan ritual agamanya.
Kedua, Israel telah melanggar huququl Insan (hak-hak asasi manusa) yang terdapat dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) atau Universal Decleration Of Human Rights yang dicetuskan oleh PBB pada tahun 1984, bila dilihat dari isi deklerasi tersebut Israel telah melanggar dan menginjak-injak tiga hak pokok hidup masyarakat palestina.
Pertama hak hidup yakni bebas dari perhambaan, hak untuk bebas dari penangkapan dan penahanan sewenang-sewenang, hak atas peradilan yang fair, serta hak atas bantuan hukum.
Kedua hak-hak politik yang meliputi hak atas kebebasan berkumpul, hak atas kebebasan berpendapat, hak untuk berorganisasi, hak untuk turut serta dalam pemerintahan, hak untuk turut serta dalam pemilihan yang bebas dan sebagainya
Ketiga hak-hak ekonomi, social dan budaya yang mencakup hak atas jaminan social, hak atas pekerjaan, hak atas pengupahan yang adil, hak atas istirahat dan cuti liburan, hak untuk memasuki serikat pekerja, hak atas tingkat hidup yang menjamin kesehatan, hak atas pengajaran, hak untuk turut serta dalam hidup kebudayaan masyarakat.
Bila dicermati dari tiga entri pointer deklerasi DUHAM PBB tersebut, maka hak-hak palestina yang sudah terampas oleh kaum zionis Israel dan Amerika pimpinan Bush sudah tidak terhitung lagi, kalau secara matematis maka telah mencapai hasil tidak terhingga. Hak-hak berupa hidup bebas bagi masyarakat palestina, hak untuk bisa istirahat dan menikmati liburan natal dan tahun baru tergantikan dengan rasa ketakutan atas agresi militer Israel, kemudian hak politik dan kebebasan berpendapat juga terampas dengan taruhan darah, masyarakat dunia faham dan mengerti bahwa ketika Hamas menjadi The Winner (pemenang) dalam pemilu raya di palestina dengan serta merta dan melalui berbagai macam cara Israel dan AS tidak mau mengakuinya, padahal pemilu di palestina waktu itu dilaksanakan secara demokratis.
Harapan dari akhir artikel ini kemudian adalah semoga Israel sadar dan memahami posisinya sebagai manusia, yang tidak selamanya menjadi adidaya dan menyadari akan semua pelanggaran HAM yang telah mereka lakukan. Untuk warga palestina teruskan perjuangan dan terus berusaha melakukan terobosan menuju perdamaian antar sesama warga palestina (HAMAS dan FATAH) sebagai langkah untuk merajut perdamaian dengan Israel. Untuk masyarakat dunia, teruskan kampanye solidaritas kemanusiaan untuk kehidupan masyarakat dunia yang penuh damai jauh dari ketidak adilan dan kesewenang-wenangan, serta mendapat ridlo dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Selamat berjuang. Amien Yaa rabbal `Alamien.Matur Tanpi Asih.
* Alumnus Ponpes Nurul Hakim Kediri LOBAR. Humas Keluarga Pelajar dan Mahasiswa “Gerbang Selaparang” Lombok Timur di Yogyakarta,